Sunday, March 13, 2011
Album Review: Forever The Sickest Kids 'Forever The Sickest Kids'
Sebenarnya Forever The Sickest Kids (FTSK) bukanlah band favorit saya. Saya mengagumi band ini, namun tidak sampai taraf fanatik. Band yang tergolong baru masuk ke dalam major label ini dalam beberapa album kebelakang terlihat kurang matang dalam mempersiapkan materi album. Baik dalam kualitas sound maupun simfoni yang diciptakan. Maka dari itu ekspektasi saya di album ini tidak terlalu tinggi.
Dibuka dengan ‘Keep On Bringing Me Down’, yang dirilis sebagai single beberapa bulan sebelum album mereka beredar di pasaran, FTSK ingin menunjukkan kedewasaan mereka dalam bermusik. Tipikal lagu yang serius, cenderung keluar dari pakem warna musik FTSK yang tergolong ceria, walaupun sama-sama masih dalam koridor pop-core. Sayatan gitar pada lagu ini terlihat lebih mendominasi jika ingin dibandingkan dengan lagu-lagu FTSK terdahulu yang kental dengan balutan synth.
Namun jangan tertipu dulu dengan track pembuka tadi, di track selanjutnya, ‘I Guess You Can Say Things Are Getting Pretty Serious’, FTSK kembali sedikit bermain dengan synth namun sayatan gitar masih bermain walaupun porsinya tidak sebesar di lagu pertama. Di track ketiga ‘Life of the Party’, FTSK seakan mengajak kita kembali ke FTSK yang kita kenal selama ini. Disini synth lebih bermain dibandingkan dua lagu sebelumnya. Saya berpendapat ini adalah lagu yang seharusnya mereka masukan di album-album terdahulu namun (mungkin) dengan berbagai macam alasan lagu ini baru mereka masukan di album terbaru mereka. Di track keempat, FTSK mulai menurunkan tempo mereka. Hentakan drum di lagu yang berjudul ‘Robots and Aliens’ ini seakan ingin mengenalkan pada publik bahwa FTSK bukan band yang melulu memainkan lagu dengan beat cepat.
Lanjut di lagu kelima, ‘King For A Day’, mengingatkan saya kepada lagu dari EP mereka terdahulu, The Friday, yang berjudul ‘Do or Die’ namun dengan tempo yang sedikit lebih santai. Dan entah mengapa lagu ini juga sekilas mengingatkan saya dengan model lagu yang dimainkan Allstar Weekend. Di tiga track berikutnya, entah mengapa, FTSK masih bermain dengan tempo sedang. Baru di track ke-9 mereka mulai sedikit injak gas dengan menaikan tempo di lagu berjudul ‘Summer Song’.
Track ke-10 membuat saya seakan tidak percaya bahwa saya sedang mendengarkan sebuah band yang berangkat dari haluan melodic hardcore. Track yang berjudul ‘Forever Girl’ mereka mainkan secara akustik. Tipikal lagu cinta lembek yang (tentu saja) bukan karakter asli FTSK. Track terakhir, ‘What Happened To Emotion? (Killing Me)’, lagi-lagi mereka bermain di ranah percintaan. Sejujurnya bukan track penutup yang bagus untuk fans fanatik FTSK.
Satu hal yang langsung saya tangkap ketika mendengarkan album ini adalah: “FTSK mencoba bermain sesuai pasar”. Untuk tipikal band yang berangkat dari indie label dan sekarang mulai menapaki industri major, hal ini diperlukan demi menjaring fans baru yang sebelumnya belum tersentuh oleh mereka. Sejujurnya mayoritas lagu mereka sangat ear-catchy, namun sebagai orang yang cukup tahu perjalanan karir mereka, saya sempat kecewa kemanakah lagu asli mereka (baca: melodic hardcore) semacam ‘Whoa Oh! (Me vs Everyone)’, ‘Do or Die’, ataupun ‘She Likes (Bittersweet Love)’? Jika mereka masih berada dalam indie label mungkin saya hanya akan menyertakan 5 lagu awal dan menjadikan album ini sebagai EP dibanding dengan menjadikannya full album dengan 11 track
Jika sudah masuk ke industri major, apa yang dilakukan FTSK sudah sangat sangat tepat, dengan hanya menyertakan sekitar 5 dari 11 track yang benar-benar FTSK dan menyisakan 6 track untuk memuaskan selera pasar saat ini. Kehilangan fans itu pasti, namun apa salahnya kehilang ratusan orang untuk mendapatkan ribuan yang baru? Keseluruhan B- adalah nilai yang layak untuk album ini
Ditulis Oleh:
M.A Rianto
13/03/11
Popular Posts
-
Ricky Sans (Richard Scott Sanberg) is the co-songwriter, guitarist and backing vocalist of Orange County-based American alternative rock...
-
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, kompetisi English Premier League (EPL), boleh dikatakan sebagai liga nomer wahid sejagat raya. Da...
-
Robert Coppola Schwartzman is the frontman and lead singer of American Indie Rock band called Rooney. He has also acted in The Virgin Su...
-
Sebenarnya saya bukan fans berat The Script, bahkan bisa dibilang sama sekali buta dengan band ini. Kesan pertama yang ada di benak saya set...
-
Selasa, 16 Februari 2010 bisa jadi salah satu hari bersejarah dalam dunia per-konser-an Indonesia. Placebo, band yang terbentuk tahun 1994 d...
-
Kalo bicara tentang Southpark, pasti kita bakal mikir dengan humor-humor sarkastik dan dewasa. Begitu juga dengan film ini. Ini bukanlah fil...
-
Seteleah melihat partai kualifikasi Piala Asia antara Australia vs Indonesia, ada satu hal yang cukup menarik perhatian. Pemain aussie, Thom...
-
Ini adalah kali ketiga Hoobastank singgah di Indonesia, namun kali ini mereka 'dipaksa' tampil beda. Hoobastank, band beraliran rock...
-
setelah gw udah nonton lebih dari 5 musisi luar negeri selama ini *pamer *, gw bisa pastikan kalau MELEE adalah band dengan perform paling b...
-
1. Di Arab Saudi perempuan bisa menuntut cerai jika suaminya tidak memberikan dia kopi. 2. hiu adalah satu-satunya ikan yang dapat berkedip ...
0 komentar:
Post a Comment