Halo,
Untuk mengisi waktu luang, sekalian ngabuburit, tiba-tiba terlintas ide untuk membuat review pertandingan-pertandingan sepakbola di ajang Olimpiade ini. Tapi kali ini, formatnya berbeda. Instead menjelaskan detil pertandingan, saya lebih memilih untuk membuat list kejadian/hal/peristiwa/pemain yang ada di pertandingan. Kategorinya dibagi dua: Thumbs Up dan Thumbs Down, yes, dari nama kategorinya juga sudah ketauan, ada peristiwa/kejadian/pemain/ apa pun yang menurut saya bagus dan ada yang menurut saya buruk.
Ini baru artikel pertama, jad mohon dimaklumi jika ada kekurangan. Kedepannya saya akan merivew beberapa pertandingan di fase grup, beberapa pertandingan di perempat final, 2 pertandingan di semifinal dan pastinya pertandingan final.
Here we go !
Efektivitas
Pada babak pertama,
statistik menunjukkan penguasaan bola yang jomplang antara Spanyol dan Jepang.Tapi,
Jepang lebih efektif dalam membangun serangan.Tercatat dengan hanya 33% penguasaan
bola, Jepang mampu membuat 2 shot on goal, salah satunya malah berbuah gol dari Yuki
Otsu. Sementara Spanyol, dari 67% penguasaan bola, hanya mampu membuat 1 shot on
target tanp aada bola yang bersarang di gawang lawan.
Transisi
Ketika diserang,
Jepang dengan cepat membuat 3 lapis pertahanan di zona mereka sendiri.Sementara ketika balik menyerang,
Jepang mengandalkan satu-dua sentuhan dalam pergerakannya.Transisi yang
luar biasa menunjukkan betapa sudah matangnya tim Samurai Biru ini
Ball Possession Without
Tiki-Taka
Akhirnya kita disajikan
‘sisi lain’ dari permainan tim dari Semenanjung Iberia ini. Statistik menunjukkan penguasaan
bola 65% berbanding 35% untuk keunggulan Spanyol selama 2x45 menit. Salah
satu kemajuan (atau malah kemunduran) tim Matador terlihat dari ‘hilangnya’
sentuhan tiki-taka yang selama ini menjadi ciri khas timnas senior mereka.Spanyol lebih mengandalkan kecepatan dan kelincahan pemainnya ketimbang memainkan bola
ketika mencob amembongkar pertahanan lawan.
Counter Attack
Seperti dibahas di
poin nomer 2,
Jepang lebih banyak mengandalkan satu-dua sentuhan ketika membangun serangan. Gol Yuki
Otsu di menit 34 juga berawal dari skema serangan balik,
sebelum berbuah menjadi tendangan sudut yang kemudian berhasil dikonversi menjadi gol.
David De Gea
Diantara buruknya rapor pemain barisan belakang timnasSpanyol,
Javi Martinez dkk.patut bersyukur dengan kehadiran kiper David De Gea.
Pengalaman bermain di level kompetisi teratas di dua liga top eropa menjadi alasan
mengapa De Gea berhasil mengamankan jala Spanyol dari lebih banyak gol yang masuk
La Fury-A Azul
Bermain dengan kostum biru muda,
malah membuat para pemain Spanyol memerah emosinya.Inigo Martinez
menjadi bukti sahih bahwa emosi yang ditunjukkan tim ini berbuah menjadi malapetaka.
Kartu merah yang diterimanya,
praktis menjadi titik balik Jepang dalam mengontrol jalannya pertandingan, lebih jauh,
mengontrol emosi para pemain Spanyol.Beberapa kali,
usaha pemain Jepang mempermainkan emosi tim Matador dengan membuang-buang waktu,
sering berbuah ‘manis’. Emosi yang sudah memuncak (plus defisit satu gol)
membuat permainan Spanyol berantakan.Disorganisasi antar lini terlihat jelas.Sehingga alur
bola menjadi tidak efektif.
Bek-bek Spanyol
Mungkin banyak yang
tidak menyangka bek-bek kelas dunia macam Javi Martinez atau Jordi Alba
bisa dengan mudah dieksploitasi sebuah tim nasional yang
prestasi tertingginya 'hanya' mampu menembus perdelapan final Piala Dunia. Tapi,
itulah kenyataannya. Mencoba memasukkan Oriol Romeu untuk menjadi pelapis sisi tengah di
bagian pertahanan juga terasa sia-sia.Untungnya,
lini depan Jepang belum fasih ketika harus mengonversi peluang-peluang emas, yang
sekaligus menuntun kita pada poin keempat……
“SHOULD HAVE BEEN 5-0!”
Demikian ucapan salah satu
pundit di Inggris.Melihat kesempatan yang dimiliki Jepang, kita mungkin bisa melihat skor
yang sama seperti final Piala Eropa awal bulan ini…… tentunya kali ini Juan Mata
dkk. ada di posisi tim kalah.
Lini depan Jepang masih canggung ketika harus menyelesaikan peluang emas. Bahkan,
Hiroshi Kiyotake memiliki 2 kali kesempatan mencetak gol di babak kedua yang
ia hamburkan begitu saja. Buruk bagi Jepang, keberuntungan bagi Spanyol.
Mata-Sentris
Entah bagus atau tidak,
punggawa muda Spanyol nampaknya sangat bergantung pada eks gelandang Valencia
ini.Setiap kali ada kesempatan menyerang, bola selalu dialirkan ke Juan
Mata. Sialnya, setelah Mata mendapat bola, tidak ada pemain lain yang
bersiap melanjutkan alur serangan. Mungkin hanya Jordi Alba yang
sesekali merangsek naik membantu alur serangan Spanyol. Walhasil, Mata yang
bekerja keras mengontrol lini tengah harus kecewa karena tidak didukung oleh rekan-rekan
yang selevel.
That's it folks. Selanjutnya mungkin ada review dari pertandingan para tim unggulan, macam Britania Raya, Brazil, dan Uruguay.
That's it folks. Selanjutnya mungkin ada review dari pertandingan para tim unggulan, macam Britania Raya, Brazil, dan Uruguay.
Cheers...
*credit where credit's due:
0 komentar:
Post a Comment